Entri Populer

Rabu, 29 Juni 2011

Asal Munculnya Ayam Gaga'

Ayam gaga’ ini muncul pada masa kerajaan Rappang sebelum masuknya islam, salah satu kerajaan di Kabupaten Sidrap yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan sekitar 180 km arah utara kota Makassar.
Munculnya ayam gaga’ di Kabupaten Sidrap terdapat berbagai versi cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun melalui tutur kata (lisan) dalam bentuk folklore bahwa pada zaman kerajaan-kerajaan bugis dahulu khususnya Kerajaan Rappang, muncul ayam yang kokoknya tidak seperti kokok ayam pada umumnya (unik) yang sekarang dikenal dengan nama ayam gaga’.
Berbagai versi melalui bentuk cerita rakyat dalam bentuk folklore tersebut tentang munculnya ayam gaga’ di Kerajaan Rappang sebagai berikut;
1. Ayam Gaga’ muncul dari rakyat kebanyakan,(rakyat biasa)
Menurut versi ini bahwa pada zaman dahulu seorang penduduk di wilayah kerajaan Rappang beternak ayam yang pada suatu saat ayamnya menetas sebanyak empat ekor, ketika sampai umur remaja (mulai belajar berkokok) salah satu diantara empat ekor tersebut memiliki kokok yang lain dari biasanya, karena itu ia mengembangkan ayam tersebut. Menurut versi ini bahwa ayam Gaga’ diperoleh melalui mimpi yang bermakna harta. Sejak saat itu pemilik ayam tersebut selalu merasa mendapat keberuntungan dalam usaha atau pekerjaan yang di gelutinya.

2. Ayam Gaga’ muncul dari Golongan Bangsawan
Pada awal mulanya ayam gaga muncul dari seorang golongan Bangsawan bernama Puang Haruna yang bertempat tinggal di perbatasan Baranti dengan Rappang yang sekarang di namai Desa Passeno Kecamatan Baranti Kabupatem Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan tepatnya pada tahun 1932 .
Pada suatu ketika menjelang pagi Puang Haruna memiliki induk ayam yang punya anak sebanyak 7 ekor dalam satu partai, yang sehari harinya diberikan makanandalam bentuk melantai. Suatu ketika sementara ayam makan bersama temannya tiba tiba ada seekor ayam bertengger dibagian kepalanya Puang Harun seraya mengucapkan alhamdu Lillah kenapa ada ayam bisa bertengger pada bagian kepala saya. Ternyata ayam ini punya sipat kebiasaannya setiap kali diberikan makanan juga selamnya melakukan hal yang sama ( bertengger dibagian kepala ). Setelah ditelusuri anak ayam tersebut ternyata jantan dan warna bulunya Bakka.
Menjelang umur dua bulan ayam tersebur sudah mulai belajar bunyi dengan suara yang patah-patah.Memasuki umur 3 bulan satu ekor diantara 7 ekor dalam satu partai mati jadi tersisa 3 jantan dan 3 betina.
Memasuki umur 3 bulan rata rata anak ayam jenis jantan sudah rajin bunyi bahkan ayam warna buluh Bakka tadi semakin memperdengarkan irama suaranya semakin asyik didengar. Puang Harun pada saat itu berkesimpulan bahwa ayam Bakka ini mempunyai keistimewaan bunyi, lalu mengatakan baru kali ini saya mendengarkan suara bunyi ayam yang sangat merduh suaranya.
Maka dari itu Puang Harun merawat ayam tersebut sampai dewasa dan akhirnya pada usia kedewasaan itu ayam tersebut semakin memperdengarkan suaranya yang merduh dan bergetar.

Bertepatan pada tanggal 17 Mei 1933 TokohAdat memfasilitasi peringatan acara adat Mappadendang yang merupakan kegiatan Pesta Rakyat setelah berhasil menuai padinya dan pada saat itulah diperkenalkan ayam kampung tersebut sebagai Ayam gaga berdasarkan hasil musyawarah para Tokoh Adat.
AYAM GAGA ARTINYA dalam Bahasa bugis agaga maksudnya Modal/Asset. Kalau diartikan berdasarkan bunyinya yaitu ayam yang mempunyai suara bunyi yang bergetar disertai ketukan suara yang jelas kedengarnnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar